Apa itu Film Digital?
Film Digital biasanya merujuk
pada penggunaan teknologi digital yang fungsinya untuk mendistribusikan dan
menayangkan gambar bergerak. Film Digital ini bisa dibuat dengan media video
yang untuk penayangannya dilakukan transfer dari format 35 milimeter ke format High
Definition (HD). Proses transfer ke format HD melalui proses cetak yang disebut
dengan proses blow up. Setelah menjadi format HD, penayangan film dilakukan
dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan
satelit, sehingga tidak perlu dilakukan salinan film. Sebagai contoh film di
bioskop yang sudah dijadwalkan pemutaran filmnya. Film tersebut nantinya akan
diputar hanya diputar di satu tempat saja dengan mengoperasikan satelit. Jadi
setiap bioskop dengan bioskop yang sama dengan tempat yg berbeda tidak perlu
memegang salinan filmnya.
Apa saja yang diperlukan dalam Produksi Film Digital?
Tentunya ada alat yang diperlukan seperti kamera untuk pengambilan gambarnya, aplikasi editing dari video yang diambil, dan media pemutarannya. Selain itu juga dalam produksi Film Digital tentunya ada tahapan – tahapanya.
1. Development
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengembangan ide, menentukan jenis cerita, genre dan format, penulisan skenario. Ide bisa datang darimana saja misalnya dari novel, kisah nyata, dan lain-lain. Ada istilah triangle system yaitu produser, sutradara dan penulis naskah.
Setelah mendapatkan ide mereka akan bekerjasama untuk membuat premis, sinopsis, treatment kemudian skenario. Selanjutnya produser dan sutradara menyiapkan treatment untuk menyampaikannya kepada investor. Jika berhasil, film ini akan menerima dana untuk proses produksi.
2. Pra
Produksi
Dalam tahap produksi film ini, setiap langkah yang diambil harus berhati-hati dalam merancang dan merecanakannya. Karena pada tahap ini sangat menentukan tahap selanjutnya. Ada yang berpendapat bahwa pada tahap ini semua konsep yang perlu diperdebatkan silahkan diperdebatkan daripada sudah sampai ketahap produksi baru berdebat dan itu sangat memakan waktu, tenaga dan pikiran.
Perencaan pada tahap ini antara lain perencanaan biaya, penjadwalan, analisis naskah yang dibagai menjadi (analisis karakter, analisis wardrobe, analisis setting dan property), master breakdown, hunting yang dibagi menjadi (hunting lokasi dan penetapan lokasi, hunting properti dan wardrobe, casting, perekrutan kru dan penyewaan peralatan), dan yang paling terakhir adalah desain produksi.
Sebelumnya masuk ke tahap produksi, kamu juga perlu ada langkah kunci untuk produksi video. Kami pernah bahas ini di artikel ini.
3. Produksi
Tahap ini adalah tahap dimana semua materi yang direncanakan pada dua tahap sebelumnya yang masih mentah untuk direkam baik gambar maupun suara. Jika perencanaannya matang akan memudahkan untuk menghasilkan produksi yang bagus. Namun, seringkali apa yang direncanakan dan di lapangan ada perubahan. Perlu kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik dan tidak mudah panika jika adanya perubahan-perubahan yang mendadak.
4. Pasca Produksi
Pada tahap ini
hasil rekaman akan dilakukan editing, penataan suara, penambahan efek, scoring
music, dan colour grading. Untuk di tahap ini, bukan cuma seorang editor saja
yang berperan untuk menentukan potongan-potongan gambar. Tetapi, sutradara dan
produser juga perlu menjaga keutuhan cerita.
Proses setelah produksi
Pada proses pasca produksi,
negatif film pada kamera asli dipindai menjadi format digital pada pemindai
resolusi tinggi. Dengan teknologi digital, data dari kamera gambar bergerak
bisa diubah menjadi format berkas gambar yang enak untuk ditonton. Semua berkas
gambar dapat dikoreksi agar cocok dengan daftar edit yang dibuat oleh editor
film. Hasil akhir proses pasca produksi adalah penengah digital yang digunakan
untuk memindahkan rekaman gambar bergerak pada film ke sinema digital. Semua
suara, gambar, dan elemen data produksi yang telah dilengkapi dapat dipasang
pada pusat distribusi sinema digital yang berisi semua material digital yang
harus ditayangkan. Gambar dan suara kemudian dimampatkan dan dikemas dalam
bentuk kemasan sinema digital (dalam bahasa inggris: Digital Cinema Package
atau DCP.
Distribusi
Ini adalah tahap produksi film
paling akhir, dimana film akan disalurkan untuk penonton. Ada beberapa
penyaluran film antara lain: bioskop, pemutaran alternatif, festival dan media
seperti DVD. Pemilihan distribusi ini perlu dipertimbangkan dengan baik, bahkan
kalau bisa sebelum filmnya diproduksi. Agar filmnya bisa tepat sasaran
(penonton).
Pada pendistribusian, rumah
produksi mengirim materi ke server bioskop pada waktu dan tempat yang
ditentukan lewat jaringan satelit. Kenyataaannya, karena keterbatasan
infrastruktur maka, sampai sekarang materi film dikirim secara fisik dalam
bentuk hard disk portable ke bioskop tujuan dan kemudian datanya ditransfer ke
server bioskop.
Materi film itu baru bisa ditayangkan bila dimasukkan nomor seri khusus ke dalam sistem proteksi isi, pengacakan dan penandaan khusus yang menempel pada materi film digital itu. Teknologi sistem proteksi isi ini disebut Key Delivery Message (KDM). Dengan KDM, materi film digital hanya bisa dibuka dengan nomor seri khusus pada waktu dan di tempat yang sudah ditentukan. Apabila terjadi pembajakan di bioskop, dengan alat khusus dapat dibaca watermark digital di kopi bajakan sehingga dapat dilacak di bioskop mana dan kapan pembajakan terjadi.
Selain menonton di bioskop bisa
juga menonton secara online yang disebut streaming tanpa perlu mendownload atau
mencopy filmnya terlebih dahulu dengan menggunakan situs resmi yang telah
diberikan.
Apa perbedaan perfilman sebelum dan sesudah era digital?
Sebelum munculnya era digital,
film layar lebar biasanya menggunakan media seluloid yang relatif mahal. Dalam
perekaman durasi hitungan menit, harganya mencapai jutaan rupiah. Beberapa
tahun yang lalu, menggunakan media rekam seluloid dalam durasi 4 menit,
produser film layar lebar harus mengeluarkan kocek Rp. 2,5 juta. Hitungan
matematisnya, jika film durasi 90 menit, biaya yang dikeluarkan untuk media rekam
seluloid adalah : (90:4) x Rp. 2,5 jt = Rp. 56.250.000,- belum termasuk
scene-scene alternatif jika dibutuhkan untuk alternatif visual. Maka untuk
biaya satu buah film layar lebar durasi 90 menit dengan alternatif visual yang
cukup, otomatis lebih dari Rp. 56 juta. Sekali lagi ini hanya untuk biaya media
rekam seluloid! Belum termasuk biaya-biaya yang lain (artis/pemain, lighting,
kru film dan lain sebagainya).Dengan biaya yang cukup mahal ini, produksi film
layar lebar sangat berimplikasi pada kesiapan semua yang terkait dengan
shooting produksi film. Dari properti, semua equipment pendukung (lighting dan
lain-lain) sampai pada kesiapan pemain harus betul-betul matang. Sebab jika
terjadi kesalahan dalam adegan, maka harus mengulang (re-take). Jika ini terjadi,
sekian juta melayang begitu saja. Ini yang mungkin membuat seorang sutradara
atau produser terkadang keras dan sering naik darah jika terjadi kesalahan
dalam adegan. Itu dulu.
Sesudah di Era digital, membawa
efek yang berbeda. Produksi film layar lebar tidak 'wajib' dengan media
seluloid. Dengan kamera digital DSLR pun jadi. Tentu dengan format tertentu.
Dan harganya pun lebih murah dibandingkan
dengan media seluloid. Sutradara pun tidak harus naik pitam jika terjadi
kesalahan dalam adegan. Meskipun hal-hal semacam ini ada batasannya. Artinya
beberapa kesalahan masih bisa ditolerir sepanjang tidak keterlaluan.
Berkembangnya teknologi digital
akhirnya membuat produksi seluloid berkurang drastis. Banyak perusahaan yang
akhirnya gulung tikar akibat perkembangan pesat tersebut. Salah satu yang
paling terkenal adalah Kodak (meski saat ini sudah dinyatakan tidak bangkrut).
Mau tidak mau, para filmmaker dan penonton harus siap menerima fakta bahwa saat
ini era digital telah memegang peranan penting dalam industri film dunia.
Apa saja Aliran/Proses dalam pembuatan film?
1. Menentukan Ide Cerita
Buatlah sebuah ide cerita untuk filmmu. tentukan terlebih dulu genre film yang ingin kamu buat. Drama, horor, action, atau genre lain. Usahakan untuk menciptakan ide cerita yang tidak pasaran. Kalau toh kamu ingin mengangkat cerita yang sudah umum, kemaslah dengan unik. Selain itu, cobalah untuk menentukan tema cerita yang familiar dengan masyarakat karena biasanya masyarakat suka menintin film yang “ini kisah gue banget loh”.
2. Tentukan Sasaran Penonton
Setelah
menentukan ide cerita dan tema. Tentukan pula film ini ingin ditujukan untuk
siapa? Apakah anak-anak, remaja, atau dewasa? menentukan segmentasi penonton
akan mempermudah kita membuat alur cerita yang menarik.
3. Membuat Sinopsis Film
Sinopsis adalah komponen yang harus ada dalam sebuah film. Semua film memerlukan sinopsis, tidak terkecuali film dokumenter. Tulislah sinopsis yang ringkas, padat, jelas, tepat sasaran dengan konflik yang jelas, dan ending yang bisa memberi kejutan bagi penonton.
4. Menulis Skenario
Setelah membuat sinopsis singkat, langkah selanjutnya adalah menulis skenario. Skenario ini bisa kamu tulis sendiri atau meminta orang lain (yang kompeten) untuk menuliskannya. Skenario harus ditulis seecara detail dan rinci. Dimana scene akan diambil (apakah diluar atau di dalam ruangan), bagaimana ekspresi dan gerak-gerik para pemain, serta penjelasan dilokasi mana mereka akan mengambil gambar.
5. Menyiapkan Alat-alat Teknis
Tentukan story board (alat perencanaan yang menggambarkan urutan kejadian berupa kumpulan gambar dalam sketsa sederhana), tentukan lokasi yang sesuai dengan skenario. Siapkan kru, lampu, kamera, setting, property, kostum, make up team, dll.
6. Tentukan Budge
Setelah menentukan semua alat teknis dan pemain yang kita inginkan, maka kita harus membuat anggaran agar tidak melebihi budget yang sudah kamu tentukan. seandainya anggaran melebihi budget mungkin kamu bisa menyiasati dengan “sewa” entah itu sewa kostum, properti atau alat sehingga biaya tidak terlampau membengkak.
7. Syuting dan Editing
Setelah ke enam komponen persiapan siap dan izin untuk pembuatan film sudah turun, maka kamu sudah bisa memulai proses syuting sesuai dengan skenario yang ada. Apabila proses syuting sudah selesai maka langkah selanjutnya adalah mengedit film berdasarkan urutan scene dalam skenario.
8. Review dan Revisi
Setelah melalui tahap editing bukan berarti film sudah jadi. Alangkah baiknya jika kamu meriviewhasil film yang sudah ada kemudian melakukan revisi apabila ada scene yang jelak dan tidak sesuai dengan skenario. Scene tersebut bisa kamu buang atau kamu ganti dengan yang baru.
9. Buat Promosi
Setelah semua
proses pembuatan selesai, saatnya kamu mempromosikan film yang kamu buat dengan
berbagai media. Bis amelalui web, blog, twitter, facebook, poster, trailer, dan
media lain.
10. Masukkan dalam DVD
Setelah seluruh
proses persiapan, pembuatan, dan revisi selesai. Kamu bisa memasukkan film
tersebut dalam keping DVD untuk digandakan. Entah itu untuk keperluan pribadi
atau promosi.
https://studioantelope.com/tahap-produksi-film/
http://juniorohimton26.blogspot.com/2017/10/artikel-perbedaan-perfilman-di-era.html
https://idseducation.com/dasar-dasar-cara-pembuatan-film/
https://rasyid-21.blogspot.com/2018/11/cara-memproduksi-film-digital.html
http://wakhyunovi.blogspot.com/2017/10/digital-cinema.html?m=0
https://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film
Komentar
Posting Komentar